Sabtu, 19 Juni 2010

Sisingaan, Keseniaan Khas Kabupaten Subang

Sisingaan adalah suatu kesenian khas masyarakat Sunda khususnya kabupaten Subang yang menampilkan 2-4 boneka singa yang diusung oleh para pemainnya sambil menari. Di atas boneka singa yang diusung itu biasanya duduk seorang anak yang akan di khitan atau seorang tokoh masyarakat. Para pemain Sisingaan menampilkan gerak akrobat dari tarian yang atraktif. Semua atraksi akrobat ini dilakukan para pemain yang terlatih tanpa unsur magic.

1) Asal-Usul Kesenian Tradisional Sisingaan
Ada beberapa versi tentang asal-usul kesenian yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Jawa Barat ini. Versi pertama mengatakan bahwa sisingaan muncul sekitar tahun 70-an. Waktu itu di anjungan Jawa Barat di TMI1 ditampilkan kesenian gotong singa atau sisingaan yang bentuknya masih sederhana. Dan, dari penampilan di anjungan Jawa Barat itulah kemudian kesenian sisingaan menjadi dikenal oleh masyarakat hingga saat ini.
Versi kedua mengatakan bahwa kesenian sisingaan diciptakan sekitar tahun 1840 oleh para seniman yang berasal dari daerah Ciherang, sekitar 5 km dari Kota Subang. Waktu itu, Kabupaten Subang pernah menjadi "milik" orang Belanda dan Inggris dengan mendirikan P & T Lands. Hal ini menyebabkan seolah-olah Subang menjadi daerah pemerintahan ganda, karena secara politis dikuasai oleh Belanda, tetapi secara ekonomi berada di bawah pengaruh para pengusaha P & T Lands. Akibatnya, rakyat Subang menjadi sangat menderita. Dalam kondisi semacam ini, kesenian sisingaan lahir sebagai suatu bentuk perlawanan rakyat terhadap kedua bangsa penjajah tersebut Dan, untuk menegaskan bahwa kesenian sisingaan adalah suatu bentuk perlawanan, maka digunakan dua buah boneka singa yang merupakan lambang dari negara Belanda dan Inggris. Oleh sebab itu, sampai hari ini dalam setiap permainan sisingaan selalu ditampilkan minimal dua buah boneka singa.
Menurut catatan ahli seni (seniman), seni sisingaan pertama kali muncul pada tahun 1957 di Desa Ciherang sekitar 5km ke selatan Kota Subang. Kemudian berkembang ke daerah lainnya di sekitar Kota Subang. Tokoh-tokoh yang mempopulerkannya antara lain, Ki Demang Ama Bintang, Ki Rumsi, Lurah Jam Mama Narasoma, dan Ki Alhawi Hingga saat-saat sekarang, kesenian sisingaan telah berkembang pesat dan tercatat ada sekitar 165 group dengan jumlah senimannya sekitar 2.695 orang. Perkembangannya ternyata tidak saja di daerah Subang tetapi telah berkembang di daerah Kabupaten Bandung dan Sumedang. Karena perkembangannya itulah, maka untuk melestarikan seni ini Pemerintah Kabupaten Subang selalu mengadakan festifal secara rutin dan mempromosikan ke tingkat provinsi dan nasional terutama di kalangan Pemerintahan dan Dunia.

2) Sejarah & perkembangannya
Terdapat beberapa keterangan tentang asal usul Sisingaan ini, di antaranya bahwa Sisingaan memiliki hubungan dengan bentuk perlawanan rakyat terhadap penjajah lewat binatang Singa kembar (Singa kembar lambang penjajah Belanda), yang pada waktu itu hanya punya sisa waktu luang dua hari dalam seminggu. Keterangan lain dikaitkan dengan semangat menampilkan jenis kesenian di Anjungan Jawa Barat sekitar tahun 70-an, ketika Bupati Subang dipegang oleh Pak Acu. Pada waktu itu RAF (Rachmatulah Ading Affandi) yang juga tengah berdinas di Subang, karena ia dikenal sebagai seniman dan budayawan dari Subang. Dalam prosesnya itu, akhirnya ditampilkanlah Gotong Singa atau Sisingaan yang dalam bentuknya masih sederhana, termasuk musik pengiringnya dan kostum penari pengusung Sisingaan.
Ternyata sambutannya sangat luar biasa, sejak itu Sisingaan menjadi dikenal masyarakat.
Dalam perkembangan bentuknya Sisingaan, dari bentuk Singa Kembar yang sederhana, semakin lama disempurnakan, baik bahan maupun rupanya, semakin gagah dan menarik. Demikian juga para pengusung Sisingaan, kostumnya semakin dibuat glamour dengan warna-warna kontras dan menyolok.. Demikian pula dengan penataan gerak tarinya dari hari ke hari semakin ditata dan disempurnakan. Juga musik pengiringnya, sudah ditambahkan dengan berbagai perkusi lain, seperti bedug, genjring dll. Begitu juga dengan lagu-lagunya, lagu-lagu dangdut popelar sekarang menjadi dominan. Dalam beberapa festival Helaran Sisingaan selalu menjadi unggulan, masyarakat semakin menyukainya, karena itu perkembangannya sangat pesat
Dewasa ini, di Subang saja diperkirakan ada 200 grup Sisingaan yang tersebar di setiap desa, Oleh karena itu Festival Sisingaan Kabupaten Subang yang diselenggarakan setiap tahunnya, merupakan jawaban konkrit dari antusiasme masyarakat Subang. Karena bagi pemenang, diberi peluang mengisi acara di tingkat regional, nasional, bahkan interaasional. Penyebaran Sisingaan sangat cepat, dibeberapa daerah di luar Subang, seperti Sumedang, Kabupaten Bandung, Purwakarta, dll, Sisingaan menjadi sal ah satu jenis pertunjukan rakyat yang disukai, terutama dalam acara-acara khitanan dan perkawinan. Sebagai seni helaran yang unggul, Sisingaan dikemas sedemikian rupa dengan penambahan pelbagai atraksi, misalnya yang paling menonjol adalah Jajangkungan dengan tampilan manusia-manusia yang tinggi menjangkau langit, sekitar 3-4 meter, serta ditambahkan dengan bunyibunyian petasan yang dipasang dalam bentuk sebuah senapan.

3) Sisingaan, Kesenian Tradisional Sunda
Atraksi kesenian tradisional sisingaan biasanya sepasang anak berada di atas tandu singa dikawal empat penari dengan iringan lengkingan terompet dan gendang. Pertunjukan sisingaan ini atraktif dan menghibur. Kesenian khas budaya Sunda ini dapat ditemukan di Kabupaten Subang, Jawa Barat Sisingaan merupakan seni pertunjukan rakyat yang masih bertahan. Kesenian rakyat ini dipertunjukan dalam bentuk arak-arakan. Kesenian ini biasanya ditampilkan pada acara khusus, seperti menyambut tamu agung, perayaan had ulang tahun kemerdekaan, ataupun acara syukuran dan hajatan warga.
Pada atraksi sisingaan abrug atau singa buhun, hiasan singa terbuat dari rangkaian daun pinus dan kertas, bermotif payung dan hiasan. Sementara sisingaan modern atau pergosi memakai boneka singa yang mirip dengan aslinya. Namun pada saat tampil tak ada perbedaan yang mencolok Gerakan dan atraksi para pengusung singa, menampilkan gerakan yang nyaris sama. Pertunjukan sisingaan diiringi lengkingan suara terompet dan gendang. Sepasang anak kecil dengan memakai baju adat Sunda dinaikkan ke atas sepasang tandu singa, yang diusung empat orang pengarak Atraksi pun dilakukan dengan berputar-putar, ataupun maju mundur. Gerakan-gerakan semacam jurus-jurus silat ditampilkan, dipadu dengan gerakan jaipongan, tarian khas Jawa Barat. Atraksi sisingaan memadukan tiga unsur seni utama. Yaitu seni gerak tan atau pencak silat dan jaipongan, seni suara gamelan kendang dan gong, serta seni busana para pemainnya.
Konon dikisahkan, kesenian Sisingaan terkait erat dengan salah satu bentuk perlawanan rakyat terhadap penjajah. Perlawanan tersebut diwujudkan melalui binatang singa kembar. Dua singa yang ditandu dilambangkan sebagai lambing penjajah, sementara pengusungnya dilambangkan sebagai rakyat yang terjajah. Singa sendiri merupakan lambing dari Negara Inggris. Sementara dalam sisingaan, boneka singa dinaiki anak kecil, dimaksudkan untuk memperolok penjajah (Inggris) yang dating ke Indonesia dengan membonceng para tentara Belanda. Seperti diketahui, tahun 1942 perang dunia ke dua tidak hanya melanda Negara-negara besar. Bahkan Nusantara pun kena getahnya Disebuah lapangan terbang militer yang terletak di Kalijati (terdapat di selatan Subang) berlangsung sebuah perjajian yang membawa bangsa Indonesia menjadi jajahan Jepang sebelum akhirnya berbasil memproklamasikan din sebagai sebuah Negara yang merdeka. Tampaknya hal ini sangat menginspirasi tetua setempat hingga munculah kesenian Sisingaan.
Lepas dari bentuk perlawanan tersebut, dalam perkembangannya, ada yang menyebut sisingaan sebagai penolak bala, ada pula yang sebatas ditampilkan untuk menyemarakan arak-arakan (yang dalam idtilah Sunda disebut helaran). Bahkan bagi sebagian masyarakat Sunda, menampilkan kesenian Sisingaan dalam hajatan sunat anak laki-laki mereka adalah sebuah kebanggaan. Kondisi geo gratis acap mempengaruhi bentuk kesenian sisingaan di berbagai belahan dunia. Demikian pula sisingaan. Si kabupaten Jawa Barat misalnya, terdapat 3 macam wilayah, Subang atas(pegunungan), Subang Daratan, dan Subang Pesisir. Masing-masing wilayah memiliki kebudayaan tersendiri yang mau tidak mau memengaruhi perkembangan kesenian sisingaan. Perkembangan secara keseluruhan pun terbilang signifikan. Dari bentuk boneka singa kembar yang sederhana, menjadi singa-singa yang tampak gagah lagi menarik Kostum para pengusung singa kembar pun tak mau kalah, dari yang tampak ala kadarnya sampai penuh warna dan kadang kontras menyolok mata. Seolah ingin menunjukan "inilah kami".


4) Pertunjukan
Pertunjukan Sisingaan pada dasarnya dimulai dengan tetabuhan musik yang dinamis. Lalu diikuti oleh permainan Sisingaan oleh penari pengusung sisingaan, lewat gerak antara lain: Pasang/Kuda-kuda, Bangkaret, Masang/Ancang-ancang, Gugulingan, Sepakan dua, Langkah mundur, Kael, Mincid, Ewag, Jeblag, Putar taktak, Gendong Singa, Nanggeuy Singa, Angkat jungjung, Ngolecer,Lambang, Pasagi Tilu, Melak cau, Nincak rancatan, dan Kakapalan. Sebagai seni Helaran,
Sisingaan bergerak terns mengelilingi kampung, desa, atau jalanan kota. Sampai akhirnya kembali ke tempat semula. Di dalam perkembangannya, musik pengiring lebih dinamis, dan melahirkan musik Genjring Bonyok dan juga Tardug.
Pola penyajian Sisingaan meliputi:
1. Tatalu (tetabuhan, arang-arang bubuka) atau keringan
2. Kidung atau kembang gadung
3. Sajian Ibingan di antaranya solor, gondang, ewang (kangsreng), catrik, kosong-kosong dan lain-lain
4. Atraksi atau demo, biasanya disebut atraksi kamonesan dalam pertunjukan Sisingaan yang awalnya terinspirasi oleh atraksi Adem Ayem (genjring akrobat) dan Liong (barongsay)
5. Penutup dengan musik keringan.
Musik pengiring Sisingaan pada awalnya cukup sederhana, antara lain: Kendang Indung (2 buah), Kulanter, Bonang (ketuk), Tarompet, Goong, Kempul, Kecrek. Karena Helaran, memainkannya sambil berdiri, digotong dan diikatkan ke tubuh. Dalam perkembangannya sekarang memakai juru kawih dengan lagu-lagu (baik vokal maupun intrumental), antara lain. Lagu Keringan, Lagu Kidung, Lagu Titipatipa, Lagu Gondang,Lagu Kasreng, Lagu Selingan (Siyur, Tepang Sono, Awet rajet, Serat Salira, Madu dan Racun, Pria Idaman, Goyang Dombret, Warudoyong dll), Lagu Gurudugan, Lagu Mapay Roko atau Mars-an (sebagai lagu penutup). Lagu lagu dalam Sisingaan tersebut diambil dari lagu-lagu kesenian Ketuk Tilu, Doger dan Kliningan.

5) Pemaknaan
Ada beberapa makna yang terkandung dalam seni pertunjukan Sisingaan, diantaranya:
• Makna sosial, masyarakat Subang percaya bahwa jiwa kesenian rakyat sangat berperan dalam diri mereka, seperti egalitarian, spontanitas, dan rasa memiliki dari setiap jenis seni rakyat yang muncul.
• Makna teatrikal, dilihat dari penampilannya Sisingaan dewasa ini tak diragukan lagi sangat teatrikal, apalagi setelah ditambahkan berbagai variasi, seperti jajangkungan dan lain-lain.
• Makna komersial, karena Sisingaan mampu meningkatkan kesejahteraan mereka, maka antusiasme munculnya sejumlah puluhan bahkan ratusan kelompok Sisingaan dari berbagai desa untuk ikut festival, menunjukan peluang ini, karena si pemenang akan mendapatkan peluang bisnis yang menggiurkan, sama halnya seperti seni bajidoran.
• Makna universal, dalam setiap etnik dan bangsa seringkali dipunyai pemujaan terhadap binatang Singa (terutama Eropa dan Afrika), meskipun di Jawa Barat tidak terdapat habitat binatang Singa, namun dengan konsep kerkayatan, dapat saja Singa muncul bukan dihabitatnya, dan diterima sebagai miliknya, terbukti pada Sisingaan.
• Makna Spiritual, dipercaya oleh masyarakat lingkungannya untuk keselamatan/ (salametan) atau syukuran.

REFERENSI :
Sisingaan Available http://id.wikipedia.org/wiki/Sisingaan

Sisingaan Available http://uun-balimah.blogspot.com/2008/09/sisingaan-
kesenian-tradisional.html

Sisingaan Available http://www.indosiar.com/ragam/64095/sisingaan-kesenian-
tradisional-sunda

Sisingaan Available http://liburan.info/content/view/347/43/lang4ndonesian/

Sisingaan Available http://bandungdailvphoto.com/2010/03/mv-world-
sisingaan.html

M. Halwi dahlan.2007.jurrtal pemlilian. Bandung:Balai pelestarian sejarah dan Nilai tradisional Bandung.

Yuliadi Soekardi dan U Syahbudu».200
Wawancara dengan Ibu Imay, Pimpinan Grop Sisingaan Sukaresmi, Subang, 7 April 2010.

Bapak Mumuk Mukmurti, Pimpinan Gr Sisingan Cibogo, Subang, 16 April 2010.

Jumat, 11 Juni 2010

Jumat, 04 Juni 2010

Perkembangan Bayi Usia 6 Bulan

Usia de’Hafid 6 Bulan
Berceloteh. Pada saat ini, rata-rata anak telah mulai berceloteh sepanjang waktu. Walau orang tua mungkin tidak mengetahui banyak apa yang dikatakannya, bayi berumur 6 bulan bisa mengerti beberapa kata, dan mungkin membuat dua suara yang bisa dikenali - mama dan dada -walau keduanya belum mempunyai arti pada anak tersebut.
Sembelit. Pengenalan makanan padat (lihat di bawah) mungkin dapat menyebabkan anak mengalami sembelit pertamanya. Darah terang di tinja dapat menyertai hal ini, yang menandakan luka di sekitar anus yang sedikit berdarah. Langkah pertama dalam merawat ini adalah melunakkan tinja dengan memberi bayi jus prem, prem, atau sedikit gula asli. Berikutnya, anus, harus dilapisi jeli petroleum dua atau tiga kali sehari. Bila tidak sembuh, bayi harus dibawa ke dokter.
Kontrol. Beberapa bayi mungkin telah menemukan permainan yang menyenangkan dengan menjatuhkan barang, biasanya sebelum mereka menemukan keasyikan waktu mengambil barang-barang itu. Kegiatan ini biasanya mendatangkan respon dari orangtua, dan memberikan pengalaman awal dari suatu tindakan sebab-akibat untuk bayi, yang menikmati kontrol baru atas lingkungannya ini. Aktivitas tersebut juga mewakili kemajuan dalam perkembangan otot-otot halus pada tangan, yang disini sama dengan perkembangan otot-otot besar untuk daya gerak.
Mata. Pada usia ini, warna mata seorang anak bisa diramalkan. Mata biru akan tetap biru. Mata yang diperkirakan coklat akan berubah menjadi warna seperti warna lumpur.
Makanan. Pada bulan keenam, hampir semua bayi siap untuk makanan padat. Tanda kesiapan adalah kemampuan bayi untuk menolehkan kepalanya atau mendorong tangan anda menjauh ketika ia tidak mau makan lagi. Beberapa alasan untuk menunggu sampai saat ini untuk memberi makanan padat telah disebutkan sebelumnya. Pada umur 6 bulan, sistem pencernaan sudah cukup matang untuk menangani kebanyakan makanan. Kendati begitu, susu ibu atau susu formula akan tetap menjadi makanan pokok diet bayi sampai berbulan-bulan kemudian.
Adalah ide yang baik untuk memperkenalkan makanan secara bertahap, tiap kali seminggu, dimulai dari bijiran sereal seperti nasi kering (bayi 6 bulan tidak siap untuk makanan dari gandum). Larutkan 1 bagian sereal ke dalam 6 bagian air. Jangan gunakan susu sapi karena ini menambah kalori dan bisa memicu reaksi alergi. Berkembanglah secara bertahap dalam pola ini menuju sayuran dan buah yang disaring. Dengan memperkenalkan makanan paling tidak seminggu sekali, anda mempunyai waktu untuk mengamati apakah ada reaksi alergi.
Makanan-makanan bayi terbatas bisa disiapkan di rumah, tetapi tentu saja kita harus memperhatikan secara cermat untuk memastikan bayi mendapat zat besi yang cukup. Bila ada pertanyaan lain tentang kandungan besi dalam menu bayi, gunakan sereal kering untuk makanan bayi.
Seorang bayi pada awalnya mungkin menolak keras makanan padat karena rasa dan teksturnya tidak sama. Karena bayi-bayi amat suka memainkan segala hal pada usia ini, akan membantu untuk memberi mereka sendok dan cangkir untuk dimainkan sementara disuapi. Pada kasus apapun, anak-anak mungkin lebih tertarik bermain dengan makanan mereka daripada memakannya. Pemberian makan harus menjadi sesuatu yang menyenangkan, bukannya suatu peperangan; bila anak protes keras terhadap makanan, berhenti mencoba dan tunggu beberapa hari lagi.
Pada mulanya, susu bayi atau susu formula akan terus menjadi makanan utama menu bayi. Untuk mempertahankan persediaan susunya, ibu yang menyusui harus membiarkan bayi mengosongkan susu pada satu payudara, lalu menawarkan bayi sedikit makanan padat. Ia bisa meneruskan dengan payudara satunya bila anak masih lapar.
Alergi makanan. Reaksi alergi pada makanan bisa tampak seperti kesulitan pencernaan, tetapi ini mungkin juga meliputi pilek, ronki kering (wheezing), rewel, dan reaksi pada kulit yang beragam. Dengan diet eliminasi, orang tua bisa menarik makanan-makanan yang dicurigai menjadi penyebab alergi, menunggu gejala-gejalanya menghilang, dan lalu kembali menawarkan makanan tersebut. Bila gejala-gejala yang sama tiba-tiba muncul kembali, diagnosa alergi hampir dapat dipastikan. (Bagaimanapun, ternyata anak seringkali dapat menerima makanan penyebab alergi setelah beberapa bulan kemudian).
Jus jeruk terutama yang sering menyebabkan masalah; bayi-bayi memuntahkan jus ini dan terus melakukannya setiap kali ditawarkan. Sehari dua hari kemudian frekuensi buang air besar mungkin menjadi sering dan konsistensinya lembek, bayi mungkin menjadi rewel dan kembung. Beberapa orangtua menunda perkenalan dengan jus jeruk ini sampai bayi mampu minum dari cangkir, sekitar bulan kesembilan atau kesepuluh.
Banyak bayi yang lebih kecil dari 6 bulan alergi pada telur. Putih telur serta daging harus ditunda sampai belakangan hari karena protein makanan-makanan ini paling sulit dicerna.
Perkembangan fisik. Pada usia ini, perkembangan anak akan menjadi jelas. Anak yang sangat aktif mungkin sudah mulai merangkak, menarik perut dan kakinya di sepanjang lantai dengan menggunakan tangan. Bayi aktif bisa duduk beberapa menit pada suatu saat, dan akan menyukai untuk menapakkan kaki setahap demi setahap ketika dipegang tegak lurus. Anak rata-rata bisa berguling sendiri, dan akan mampu duduk tegak lurus tanpa memiringkan kepalanya ke satu sisi. Anak rata-rata akan mampu bergerak ke belakang dan ke depan, membuat kebanyakan bayi terlalu aktif waktu diberi makan atau dipasangi popok pada tahap ini. Jangan mengharapkan bayi berumur 6 bulan untuk tetap diam.
Keamanan. Bayi-bayi yang siap untuk makanan keras, juga siap untuk menelan obyek-obyek yang mereka sedang mainkan. Mereka bisa tersedak biskuit atau kue kering bila memakan makanan ini saat berbaring telentang; bayi tidak boleh disuapi apapun ketika sedang berbaring, ataupun ditinggalkan sendiri ketika makan. Untuk menarik obyek yang tertelan, pukul bayi di punggungnya, sambil memegangnya tengkurap di lutut anda. Anda bisa mencoba menariknya dengan jari, tetapi ini beresiko mendorong obyek itu lebih dalam. Sebagai upaya terakhir, coba manuver Heimlich.
Gigi. Selama masa ini gigi susu atau permanen seorang bayi yang tidak terlihat sedang menjalani pembentukan email. Bayi-bayi pada umur ini harus diberi sedikit air berfluoride atau tetesan fluoride bersama menu sehari-hari mereka. Fluoride diserap ke dalam lapisan terluar email dan membuat gigi bayi lebih tahan terhadap lubang.
Vaksinasi. Pada bulan keenam bayi harus mengunjungi dokter lagi dan menerima putaran ketiga vaksinasi rutin.
Penyapihan. Kapan bayi menyusui harus disapih? Jawabannya sangat individual dan, bagi beberapa orang, amat kontroversial. Tentunya susu ibu adalah bentuk gizi paling menguntungkan untuk seorang bayi, dan di beberapa masyarakat bayi-bayi disusui sampai umur 2 atau 3 tahun.
Namun, ada alasan bagus untuk menyapih pada suatu waktu di paruh kedua tahun pertama. Bayi-bayi beradaptasi lebih mudah pada penggunaan cangkir sebelum ulang tahun pertama mereka daripada sesudahnya. Akademi Dokter Anak Amerika menyarankan bahwa bayi yang disapih dari payudara harus terus diberi susu formula sampai berusia setahun. Satu cara untuk mulai menyapih adalah dengan menambahkan susu formula pelengkap. Digunakan untuk menggantikan satu waktu makan, satu botol sehari akan mulai melambatkan aliran susu. Namun, banyak ibu lebih suka mengalihkan bayi mereka langsung kepada cangkir, yang seharusnya dilakukan pada usia sekitar bulan kesembilan.
(sumber : satumed.com

Rabu, 19 Mei 2010

Sejarah Subang




Prasejarah

Bukti adanya kelompok masyarakat pada masa prasejarah di wilayah Kabupaten Subang adalah ditemukannya kapak batu di daerah Bojongkeding (Binong), Pagaden, Kalijati dan Dayeuhkolot (Sagalaherang). Temuan benda-benda prasejarah bercorak neolitikum ini menandakan bahwa saat itu di wilayah Kabupaten Subang sekarang sudah ada kelompok masyarakat yang hidup dari sektor pertanian dengan pola sangat sederhana.
Selain itu, dalam periode prasejarah juga berkembang pula pola kebudayaan perunggu yang ditandai dengan penemuan situs di Kampung Engkel, Sagalaherang.

Hindu

Pada saat berkembangnya corak kebudayaan Hindu, wilayah Kabupaten Subang menjadi bagian dari 3 kerajaan, yakni Tarumanagara, Galuh, dan Pajajaran. Selama berkuasanya 3 kerajaan tersebut, dari wilayah Kabupaten Subang diperkirakan sudah ada kontak-kontek dengan beberapa kerajaan maritim hingga di luar kawasan Nusantara. Peninggalan berupa pecahan-pecahan keramik asal Cina di Patenggeng (Kalijati) membuktikan bahwa selama abad ke-7 hingga abad ke-15 sudah terjalin kontak perdagangan dengan wilayah yang jauh. Sumber lain menyebutkan bahwa pada masa tersebut, wilayah Subang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda. Kesaksian Tome’ Pires seorang Portugis yang mengadakan perjalanan keliling Nusantara menyebutkan bahwa saat menelusuri pantai utara Jawa, kawasan sebelah timur Sungai Cimanuk hingga Banten adalah wilayah kerajaan Sunda.



Islam

Masa datangnya pengaruh kebudayaan Islam di wilayah Subang tidak terlepas dari peran seorang tokoh ulama, Wangsa Goparana yang berasal dari Talaga, Majalengka. Sekitar tahun 1530, Wangsa Goparana membuka permukiman baru di Sagalaherang dan menyebarkan agama Islam ke berbagai pelosok Subang.

Kolonialisme

Pasca runtuhnya kerajaan Pajajaran, wilayah Subang seperti halnya wilayah lain di P. Jawa, menjadi rebutan berbagai kekuatan. Tercatat kerajaan Banten, Mataram, Sumedanglarang, VOC, Inggris, dan Kerajaan Belanda berupaya menanamkan pengaruh di daerah yang cocok untuk dijadikan kawasan perkebunan serta strategis untuk menjangkau Batavia. Pada saat konflik Mataram-VOC, wilayah Kabupaten Subang, terutama di kawasan utara, dijadikan jalur logistik bagi pasukan Sultan Agung yang akan menyerang Batavia. Saat itulah terjadi percampuran budaya antara Jawa dengan Sunda, karena banyak tentara Sultan Agung yang urung kembali ke Mataram dan menetap di wilayah Subang. Tahun 1771, saat berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sumedanglarang, di Subang, tepatnya di Pagaden, Pamanukan, dan Ciasem tercatat seorang bupati yang memerintah secara turun-temurun. Saat pemerintahan Sir Thomas Stamford Raffles (1811-1816) konsesi penguasaan lahan wilayah Subang diberikan kepada swasta Eropa. Tahun 1812 tercatat sebagai awal kepemilikan lahan oleh tuan-tuan tanah yang selanjutnya membentuk perusahaan perkebunan Pamanoekan en Tjiasemlanden (P & T Lands). Penguasaan lahan yang luas ini bertahan sekalipun kekuasaan sudah beralih ke tangan pemerintah Kerajaan Belanda. Lahan yang dikuasai penguasa perkebunan saat itu mencapai 212.900 ha. dengan hak eigendom. Untuk melaksanakan pemerintahan di daerah ini, pemerintah Belanda membentuk distrik-distrik yang membawahi onderdistrik. Saat itu, wilayah Subang berada di bawah pimpinan seorang kontrilor BB (bienenlandsch bestuur) yang berkedudukan di Subang.

Nasionalisme

Tidak banyak catatan sejarah pergerakan pada awal abad ke-20 di Kabupaten Subang. Namun demikian, Setelah Kongres Sarekat Islam di bandung tahun 1916 di Subang berdiri cabang organisasi Sarekat Islam di Desa Pringkasap (Pabuaran) dan di Sukamandi (Ciasem). Selanjutnya, pada tahun 1928 berdiri Paguyuban Pasundan yang diketuai Darmodiharjo (karyawan kantor pos), dengan sekretarisnya Odeng Jayawisastra (karyawan P & T Lands). Tahun 1930, Odeng Jayawisastra dan rekan-rekannya mengadakan pemogokan di percetakan P & T Lands yang mengakibatkan aktivitas percetakan tersebut lumpuh untuk beberapa saat. Akibatnya Odeng Jayawisastra dipecat sebagai karyawan P & T Lands. Selanjutnya Odeng Jayawisastra dan Tohari mendirikan cabang Partai Nasional Indonesia yang berkedudukan di Subang. Sementara itu, Darmodiharjo tahun 1935 mendirikan cabang Nahdlatul Ulama yang diikuti oleh cabang Parindra dan Partindo di Subang. Saat Gabungan Politik Indonesia (GAPI) di Jakarta menuntut Indonesia berparlemen, di Bioskop Sukamandi digelar rapat akbar GAPI Cabang Subang untuk mengenukakan tuntutan serupa dengan GAPI Pusat.

Jepang

Pendaratan tentara angkatan laut Jepang di pantai Eretan Timur tanggal 1 Maret 1942 berlanjut dengan direbutnya pangkalan udara Kalijati. Direbutnya pangkalan ini menjadi catatan tersendiri bagi sejarah pemerintahan Hindia Belanda, karena tak lama kemudian terjadi kapitulasi dari tentara Hindia Belanda kepada tentara Jepang. Dengan demikian, Hindia Belanda di Nusantara serta merta jatuh ke tangan tentara pendudukan Jepang. Para pejuang pada masa pendudukan Belanda melanjutkan perjuangan melalui gerakan bawah tanah. Pada masa pendudukan Jepang ini Sukandi (guru Landschbouw), R. Kartawiguna, dan Sasmita ditangkap dan dibunuh tentara Jepang.

Merdeka

Proklamasi Kemerdekaan RI di Jakarta berimbas pada didirikannya berbagai badan perjuangan di Subang, antara lain Badan Keamanan Rakyat (BKR), API, Pesindo, Lasykar Uruh, dan lain-lain, banyak di antara anggota badan perjuangan ini yang kemudian menjadi anggota TNI. Saat tentara KNIL kembali menduduki Bandung, para pejuang di Subang menghadapinya melalui dua front, yakni front selatan (Lembang) dan front barat (Gunung Putri dan Bekasi). Tahun 1946, Karesidenan Jakarta berkedudukan di Subang. Pemilihan wilayah ini tentunya didasarkan atas pertimbangan strategi perjuangan. Residen pertama adalah Sewaka yang kemudian menjadi Gubernur Jawa Barat. Kemudian Kusnaeni menggantikannya. Bulan Desember 1946 diangkat Kosasih Purwanegara, tanpa pencabutan Kusnaeni dari jabatannya. Tak lama kemudian diangkat pula Mukmin sebagai wakil residen. Pada masa gerilya selama Agresi Militer Belanda I, residen tak pernah jauh meninggalkan Subang, sesuai dengan garis komando pusat. Bersama para pejuang, saat itu residen bermukim di daerah Songgom, Surian, dan Cimenteng. Tanggal 26 Oktober 1947 Residen Kosasih Purwanagara meninggalkan Subang dan pejabat Residen Mukmin yang meninggalkan Purwakarta tanggal 6 Februari 1948 tidak pernah mengirim berita ke wilayah perjuangannya. Hal ini mendorong diadakannya rapat pada tanggal 5 April 1948 di Cimanggu, Desa Cimenteng. Di bawah pimpinan Karlan, rapat memutuskan : 1.Wakil Residen Mukmin ditunjuk menjadi Residen yang berkedudukan di daerah gerilya Purwakarta. 2.Wilayah Karawang Timur menjadi Kabupaten Karawang Timur dengan bupati pertamanya Danta Gandawikarma. 3.Wilayah Karawang Barat menjadi Kabupaten Karawang Barat dengan bupati pertamanya Syafei. Wilayah Kabupaten Karawang Timur adalah wilayah Kabupaten Subang dan Kabupaten Purwakarta sekarang. Saat itu, kedua wilayah tersebut bernama Kabupaten Purwakarta dengan ibukotanya Subang. Penetapan nama Kabupaten Karawang Timur pada tanggal 5 April 1948 dijadikan momentum untuk kelahiran Kabupaten Subang yang kemudian ditetapkan melalui Keputusan DPRD No. : 01/SK/DPRD/1977.
kumpulan bupati subang


Sumber : http://www.subang.go.id/sejarah.php

Selasa, 18 Mei 2010

Kampung Adat Banceuy

Kampung Adat Banceuy terdapat di wilayah Subang Selatan, tepatnya di Desa Sanca, Kec. Kasomalang, Subang. Kampung Banceuy sebelumnya bernama Negla. Dahulu, di kampung itu hanya terdapat tujuh rumah kemudian karena hantaman angin topan, ketujuh rumah tersebut hancur. Ketujuh tokoh diatas ngabanceuy (bermusyawarah) untuk mengatasi masalah yang ada, mereka sepakat untuk mengundang paranormal yang bernama Bapak Suhab yang berasal dari Kampung Ciuki Desa Pasanggrahan untuk mendirikan sebuah kampung baru, yang letaknya 100 meter dari Banceuy (Negla) yang dulu. Akhirnya ketujuh sesepuht tersebut memutuskan untuk mengganti nama Negla menjadi Banceuy dikarenakan riwayat pencarian nama pengganti Negla ini dilaksanakan dengan cara musyawarah. Sedangkan kata Banceuy sendiri diambil dari bahasa keseharian masyarakat Banceuy yaitu bahasa Sunda, yang artinya adalah musyawarah. Jadi nama Banceuy diambil dari riwayat dicarinya nama tersebut yang dilakukan dengan cara ngabanceuy atau musyawarah.

Adat istiadat yang masih ada di Banceuy yaitu :

Untuk keselamatan dan ketentraman warga Banceuy, harus ditumbalkan atau dikorbankan kambing atau ayam oleh keturunan uyut Artawijaya. Keturunan uyut Artawijaya yang masih hidup yaitu Abah Karlan. Artawijaya mempunyai keturunan yaitu Adijaya, Eyang Itoh merupakan keturunan dari Adijaya, dan Abah Karlan merupakan keturunan dari Eyang Itoh. Adat tersebut masih dilaksanakan sampai sekarang.

Kehidupan warga Banceuy tidak boleh lepas dari uyut Artawijaya karena uyut Artawijaya adalah pemimpin yang terkuat.

Jika akan menanam tanaman, mengadakan tamiang kubur, membakar menyan,

rujakan kelapa, pisang, asem.

Jika akan panen, diadakan sawer daun kawung sasaungan.

Ngarasulkeun, yaitu salah satu wujud rasa syukur dengan cara mengadakan kumpulan dan membakar menyan di tiap-tiap rumah.

Hajat Wawar, yaitu menyediakan sesajen, rujakan, dan makanan yang selanjutnya makanan tersebut akan dibagikan kepada setiap orang yang tidak mampu. Hajat wawar dilakukan setiap 3 bulan sekali di tengah kampung / tiap RT.

Mapag cai, yaitu syukuran agar air dapat mengalir dengan lancar. Dalam 1 tahun dibagi dua,

1. Pada bulan ke-4 : air dialirkan ke luar Banceuy.

2. Pada bulan ke-10 : air dialirkan ke Banceuy, sebelumnya pemerintah telah memberi tahu kepada warga Banceuy bahwa air akan dialirkan ke Banceuy.

Hajat Solokan, yaitu adat memotong domba di mata air, kemudian darahnya dialirkan ke sungai itu. Domba untuk upacara dari masyarakat.

Ruwatan bumi, dilakukan setiap satu kali per tahun. Dalam menentukan hari untuk melakukan ruwatan sudah ditentukan dari dulu, tepatnya ruwatan harus dilaksanakan pada hari Rabu akhir bulan Rayagung (Desember). Ruwatan dilakukan untuk peningkatan perekonomian dan merupakan wujud syukur atas meningkatnya hasil panen.

3 Istilah Ruwatan

1) Ngarumat : memelihara

2) Ngarawat : penghasilan

3) Ngaruwat : kuat dalam menjalani hidup

Jadi, setelah ngarumat dan ngarawat maka dilakukuan ngaruwat agar diberi kekuatan dalam menjalani hidup. Ruwatan hanya dilakukan oleh masyarakat Banceuy. Proses pelaksanaan ruwatan ini dimulai sejak hari Selasa subuh untuk mempersiapkan bahan-bahan ruwatan, pemasangan tanda akan diadakan ruwatan. Ruwatan bumi pertama kali dilakukan oleh warga Banceuy pada tahun 1807. Dalam melakukan ruwatan, diperlukan dana yang tidak sedikit. Biaya ruwatan tahun kemarin (2008) telah menghabiskan dana 20 juta. Warga menyumbangkan dana seadanya.

· Upacara pernikahan di Banceuy tidak memiliki banyak perbedaan dengan upacara pernikahan seperti yang dilakukan oleh masyarakat Sunda pada umumnya, seperti menginjak telur, seserahan, nyawer, dan hiburan. Nyawer yaitu menaburkan beras ke pengantin dengan makna rumah tangga harus mampu memenuhi sandang, dan berbagi kepada saudara dan kerabat. Dalam rumah tangga harus sadugeun, sakopeun, dan sahoseun. Yang artinya penyakit, makan, dan meninggal. Jadi dalam rumah tangga harus bisa memenuhi kebutuhan pokok seperti makan, agar kita tidak terserang penyakit tapi pada dasarnya semua orang itu akan meninggal. Hiburan yang dilaksanakan dalam upacara pernikahan di Banceuy bebas, tetapi sisingaan jarang diadakan walaupun sisingaan tersebut tidak dilarang. Tetapi jika ingin mengadakan sisingaan, maka harus menyewa sisingaan dari kampung lain karena di Banceuy tidak ada sisingaan melainkan Gembyung.

LARANGAN DAN PANTANGAN KAMPUNG ADAT BANCEUY

Di kampung Banceuy terdapat sebuah pohon yang berbentuk seperti janggut.Pohon tersebut tidak boleh ditebang dan di bawah pohon tersebut terdapat mata air yang tidak boleh diganggu oleh siapapun karena tempatnya sangar. Maksud sangar disini bukan angker tetapi tempat tersebut merupakan sumber kehidupan karena jika tempat tersebut rusak maka pertanian kampung Banceuy akan terhambat. Tetapi dikarenaakn kemajuan jaman maka pantangan tersebut ada yang melanggar, tetapi untuk upacara adat dan lainnya sampai sekarang tidak ada yang melanggar. Dan akhirnya sekarang Banceuy kekurangan air , dan tiap pada bulan ke-10 maka Banceuy akan menerima aliran air.

Perempuan di Banceuy dilarang untuk keluar malam kecuali untuk ke masjid, sebab ditakutkan diculik dan dihamili oleh kelong. Kelong disini maksudnya bukan hantu melainkan laki-laki.

MATA PENCAHARIAN KAMPUNG ADAT BANCEUY

Pada umumnya warga Banceuy bekerja sebagai petani. Tapi selain petani, ada juga yang menjadi peternak (sapi). Tanaman yang ditanam diantaranya padi, timun, tomat, kacang, dan sayuran. Hasil panen dari sektor pertanian sekitar 4 truk / 6 truk perminggu. Hasil tersebut kemudian dijual ke Bekasi. Sektor pertanian ( palawija ) dan peternakan ( sapi ) merupakan penyumbang terbesar dalam memajukan Banceuy.

Di Banceuy ada 1 amanat yang harus selalu diingat khusunya untuk kaum perempuan, yaitu “sebagai pelajar, kita harus bisa menjadi generasi penerus yang bisa mencapai cita-cita kita. Dan janganlah disia-siakan jerih payah orang tua yang hanya untuk menyekolahkan kita dikarenakan hilangnya virginitas oleh laki-laki. Karena jika virginitas telah hilang, maka cita-cita yang didambakn tidak dapat dicapai, selain itu jerih payah orang tua kita juga sia-sia